Minggu, 15 Juli 2012

ips


pengukuran validitas isi adalah penting di pekerjaan, di mana tess digunakan untuk mempekerjakan dan mempromosikan orang secara hati-hati diteliti untuk relevnce mereka ke job.Courts sering membutuhkan bukti bahwa tes kerja adalah pekerjaan yang berhubungan. Beberapa metode untuk mengukur validitas isi telah dibuat (misalnya, james et al, 1984; Lindell). Salah satu metode untuk mengukur validitas isi, atau hakim tentang betapa pentingnya sebuah item tertentu. Ijah diproporsi bahwa setiap penilai menanggapi pertanyaan berikut untuk setiap item: "adalah keterampilan atau pengetahuan diukur dengan item ini.:
esensial
berguna tetapi tidak penting
tidak perlu
dengan kinerja pekerjaan ". Untuk setiap item, jumlah panelis yang menyatakan bahwa item tersebut sangat penting dicatat. menurut lawshe, jika lebih dari setengah panelis menunjukkan bahwa item adalah essentil, bahwa item memiliki setidaknya beberapa validitas konten. tingkat yang lebih besar dari validitas isi eksis sebagai sejumlah besar panelis setuju bahwa item tertentu essential.using asumsi ini,  lawshe mengembangkan termet rumus validitas isi ratio (CVR)
RUMUS

Dimana CVR = rasio konten validitas, ne = jumlah panelis menunjukkan "penting", dan n = total jumlah panelis. dengan asumsi panel sepuluh ahli, berikut tiga contoh ilustrate arti dari CVR bila negatif, nol, dan positif:
1. CVR negatif: bila kurang dari setengah panelis menunjukkan "penting", CVR yang negative.Assume empat dari sepuluh panelis menunjukkan "penting"
2. Nol CVR: kapan tepatnya setengah panelis menunjukkan "penting", CVR adalah nol
3. CVR Positif: bila lebih dari setengah tapi tidak semua panelis menunjukkan "penting", berkisar antara CVR oo dan 99.assume sembilan dari sepuluh menunjukkan "penting"

Dalam memvalidasi tes, rasio validitas isi dihitung untuk setiap item. Lawshe direkomendasikan bahwa jika jumlah perjanjian ditinjau sudah lebih dari 5% kesempatan untuk terjadi secara kebetulan, item harus dihilangkan. Para valuest CVR minimal sesuai dengan tingkat 5% disajikan dalam tabel 6-1.In mengejar sepuluh panelis, item akan membutuhkan CVR minimal 62.In Contoh ketiga keluar (di mana sembilan dari sepuluh paneilsts setuju), maka CVR dari 80 adalah signifikan, item karena itu bisa menjadi retained.Subsequently, dalam diskusi kita tentang kriteria yang berhubungan dengan validitas, perhatian kita bergeser dari indext validitas tidak didasarkan pada isi tes tetapi pada skor tes. Pertama, beberapa perspektif tentang budaya yang berkaitan dengan validitas sebuah tes.


budaya dan relativitas validitas isi
tes sering dianggap sebagai salah valid atau tidak valid. tes sejarah, misalnya, baik dilakukan atau tidak secara akurat mengukur pengetahuan seseorang tentang fakta sejarah. Namun, juga benar bahwa apa yang merupakan dipends fakta sejarah dalam beberapa kasus pada siapa yang menulis sejarah. mempertimbangkan, misalnya, peristiwa penting dalam sejarah t dunia, salah satu menjabat sebagai katalis untuk perang dunia I. Archduke Franz Ferdinand itu assasinated pada 28 Juni, oleh Serbia bernama gravilo Princip (gambar 6-1). Sekarang pikirkan tentang bagaimana Anda akan menjawab item pilihan ganda berikut pada tes sejarah:
Gravilo Princip adalah
a. penyair
b. pahlawan
c. seorang teroris
d. seorang nasionalis
e. semua di atas



                untuk berbagai buku teks di wilayah Bosnia dari "e", pilihan dunia - itu benar, "semua hal di atas"-adalah "benar" menjawab. Menurut lindung nilai (1997), buku pelajaran di daerah Bosnia dan Herzegovina yang dikendalikan oleh kelompok etnis yang berbeda memberikan sangat beragam karakterisasi pembunuh. di wilayah Serbia yang dikendalikan negara, sejarah buku teks, dan mungkin tes costructed pembelajaran ukuran mahasiswa, hal Princip sebagai "pahlawan dan penyair". Sebaliknya, siswa crotian membaca bahwa Princip adalah seorang pembunuh terlatih untuk melakukan tindak teroris. Muslim di wilayah ini mengajarkan bahwa Princip adalah seorang nasionalis yang akta memicu kerusuhan anti-serbia.
                luar biasa karena dapat suara untuk westernest, siswa di hari Bosnia dan Herzegovina diajarkan berbagai versi sejarah, seni, dan bahasa tergantung pada backgroun etnis mereka. situasi seperti illustreates dalam bantuan mencolok pengaruh budaya pada apa yang pemikiran manusia kepada siswa, serta aspek konstruksi tes, penilaian, interpretasi, dan validasi. Pengaruh budaya sehingga meluas ke penilaian tentang keabsahan tes pada item tes. perbedaan penilaian mengenai validitas.

Tabel 6
                nilai minimum rasio validitas isi perjanjian untuk memastikan bahwa tidak mungkin karena kebetulan.

Just think
pengembang tes bekerja pada alat penyaringan singkat yang dirancang untuk memprediksi keberhasilan siswa dalam tes psikologi dan tentu saja penilaian. Anda adalah konsultan yang dipanggil untuk cetak biru dalam  bidang pertemuan . Anda merekomendasikan diri?

Senin, 09 Juli 2012

pgsd: Potensi Alergi Senyawa Turunan Kumarin

pgsd: Potensi Alergi Senyawa Turunan Kumarin: Potensi Alergi Senyawa Turunan Kumarin Potensi Antialergi Senyawa Turunan Kumarin Yance Anas, M.Sc., Apt. Fakultas ...

PERKEMBANGAN TULISAN SISWA SEKOLAH DASAR

Pengajaran menulis di sekolah dasar diharapkan dapat membekali siswa dengan kemampuan menulis yang baik. Pelaksanaan pengajaran menulis di sekolah dasar terutama di kelas satu dan dua tidak dapat dipisahkan dari membaca permulaan, walaupun membaca dan menulis merupakan dua kemampuan yang berbeda. Menulis bersifat produktif sedangkan membaca bersifat reseptif.
Kemampuan menulis tidak diperoleh secara alamiah tetapi melalui proses belajar mengajar. Untuk dapat menuliskan huruf sebagai lambang bunyi siswa harus berlatih dari cara memegang alat tulis serta menggerakkan tangan dangan memperhatikan apa yang harus ditulis (digambarkan). Siswa harus dilatih mengamati lambang bunyi tersebut, memahami setiap huruf sebagai lambang bunyi tertentu sampai dapat menuliskanya sampai benar. Agar bermakna, proses belajar menulis permulaan ini dilaksanakan setelah siswa mampu mengenal huruf-huruf yang diajarkan.
Pembelajaran menulis di SD dibagi menjadi dua tahap, yaitu menulis permulaan dan menulis lanjutan. Berbicara tentang pengajaran menulis permulaan di SD, tidak terlepas dari perkembangan tulisan anak-anak sebelum mereka memasuki jenjang di kelas satu sekolah dasar. Anak yang belajar mencoret-coret di atas kertas dalam usia tiga setengah tahun bisa dikatakan sudah mulai belajar menulis. Hanya saja hasil tulisan yang telah ditulis itu belum bermakna, tetapi bagi anak dalam usia tersebut sudah bermakna.
Menulis merupakan keterampilan yang sangat kompleks bagi seorang anak. Menulis akan beranalogi dengan proses berpikir, pengetahuan, keterampilan-keterampilan dan strategi-strategi yang harus menyertainya. Perkembangan kemampuan menulis terbentuk sejalan dengan keterampilan membaca. Pada usia 2 atau 3 tahun seorang anak sudah memiliki “specific ideas” (gagasan khusus) untuk bahasa tulis dan bagaimana mengoperasionalkan hal itu melalui membaca dan menulis. Melihat kenyataan itu maka “membaca dan menulis” harus dikembangkan sejak dini dan bersamaan. Tentu bukanlah hal yang mudah bagi seorang guru untuk mengajarkannya. Oleh karena itu, keterampilan menulis hendaknya dibina dan dikembangkan secara berkesinambungan setiap harinya. Sedangkan untuk tingkat sekolah dasar sebaiknya dalam setiap hari itu sebaiknya disediakan waktu sekitar 40 sampai 45 menit untuk menulis. Dengan kata lain, guru harus menyediakan waktu untuk kegiatan “menulis” bagi para siswanya secara berkesinambungan setiap harinya minimal 40 sampai 45 menit untuk tingkat sekolah dasar.
Seorang anak (siswa) akan mengembangkan kemampuan “menulis” sesuai dengan keragaman pengalaman dan teknik-teknik menulisnya sendiri. Oleh karena itu, guru harus mampu secara konstan menilai perkembangan kemampuan anak/siswa yang ada hubungannya dengan perkembangan kemampuan menulis.
Pada mulanya tulisan anak berkembang melalui beberapa cara; ada yang secara bersinambungan, berurutan, ada yang membosankan, ada pula yang benar-benar luar biasa. Jadi, berkaitan dengan sebuah tulisan tidak hanya bagaimana si penulis menyampaikan sebuah gagasan tentang subyek yang dipilihnya, tetapi tulisan itu harus mampu mengoperasikan pemaparan, bisa dibaca, dan menggunakan ejaan yang tepat dan kaidah-kaidah gramatikal yang benar. Jadi, penulis, melalui hasil tulisannya, harus mempertimbangkan pembaca atau audiens yang akan membaca tulisannya. Dengan demikian, dalam rangka membina kemampuan menulis siswa, guru hendaknya menciptakan situasi pembelajaran yang dapat mengajari anak/siswa dapat berpartisipasi aktif dan mengembangkan beragam teknik menulis menurut cara mereka, serta upaya-upaya penugasan yang dapat merangsang siswa aktif menulis sehingga siswa mendapat kesemapatan latihan menulis. Pada akhirnya, siswa memiliki keterampilan menulis sebagai salah satu kiat berbahasa dan atau kemampuan berkomunikasi melalui bahasa ragam tulis.
Secara tidak langsung anak dibina pula penggunaan kebahasaannya untuk menaati asasi kaidah-kaidah kebahasaan yang baik dan benar. Misalnya, penggunaan ejaan, tanda baca, serta kaidah-kaidah gramatika.
Sejalan dengan perkembangan tulisan anak-anak, berikut ini akan dibahas perkembangan tulisan anak-anak di kelas 1, 2 dan kelas 3 sekolah dasar, dan perkembangan tulisan anak-anak kelas tinggi, yaitu kelas 4, 5, dan kelas 6 sekolah dasar.
Perkembangan tulisan anak-anak setelah masuk di kelas satu dan dua sekolah dasar banyak bergantung pada kreativitas guru. Oleh karena itu, guru diharapkan membekali dirinya dengan kemampuan menulis. Guru pun dituntut memiliki kemampuan memilih metode yang sesuai sehingga dapat merangsang kreativitas siswa.
Beberapa guru berpendapat menulis adalah keterampilan yang tidak diajarkan di TK. Calkins (1986) menyatakan bahwa anak-anak berpengetahuan awal tentang tulisan. Mereka memiliki kecenderungan melihat mereka sendiri sebagai penulis. Dalam hal ini mereka dengan cepat mempelajari konvensi bahasa tulis. Calkins juga menyatakan guru-guru TK dan guru-guru kelas satu hendaknya menciptakan situasi menulis yang menarik. Misalnya dengan menyiapkan kertas dan amplop untuk menulis surat atau kertas indeks untuk menempelkan objek-objek di ruangan.
Anak kelas satu ingin menulis, menulis, dan menulis lagi. Kegiatan menulis tampaknya mengalir dari hasil yang tampa kualitas dan setelah draft pertama ditulis, beberapa anak cemas untuk memulai lagi. Dalam masa menulis biasanya bagi pemula menulis tiga atau empat baris. Anak-anak kelas satu mempunyai keinginan untuk menuliskan idenya pada lembaran kertas dan mengeluarkan pendapatnya yang masih ada di otak mereka.
Untuk penulis-penulis kelas satu, menyiapkan tulisan merupakan hal-hal yang sangat terbatas atau pada dasarnya tidak dijumpai sampai mereka mengetahui bahwa lembar yang dihapus dari tulisan mereka dapat dibaca dengan mudah. Bahkan sampai saat ini keinginan yang kuat untuk memulai dan menyelesaikan lembaran dalam waktu singkat masih ada. Oleh karena itu, ini merupakan kesempatan yang penting untuk seoramg anak ketika menghapus atau mencoret tulisan pada kertas untuk pertama kali. Anak-anak kelas satu sekarang sudah mengenal lembaran sebuah draft yang memerlukan pengolahan untuk memperbaiki bacaan dan akhirnya dapat dianggap sebagai penulis..
Guru dapat membedakan dan mengevaluasi perubahan tulisan yang berlangsung selama tahun pertama dengan mendata contoh-contoh pekerjaan siswa dan menyimpanya. Guru seharusnya duduk dekat dengan siswa secara individu mendiskusikan dan merefleksikan pada pertumbuhan dan kemajuan mereka.
Di kelas dua menulis dapat dibedakan. Beberapa anak melanjutkan menulis dengan meyakinkan dan antusias seperti yang dikerjakan di kelas satu, menghasilkan lembaran cerita yang menjelaskan tentang kehidupan mereka. Bagi anak-anak lain, menulis merupakan aktivitas yang tidak menarik. Satu kata yang salah ejaanya dapat menyebabkan siswa akan melemparkan kertas itu sebelum mencoba menulis lagi. Bahkan tanda salah yang kecil pun dapat menyebabkan anak membuang kertas dan memulai lagi.
Ketika anak meninggalkan dunia egosentris pada tahap operasi konkret, mereka mulai mengetahui bahwa beberapa benda dapat diterima sedang lainya tidak. Anak-anak kelas satu jarang mengkhawatirkan tulisan mereka, sebab mereka memberikan semua perhatian untuk menikmati aktivitas menulis dan bukanya mencari reaksi pembaca. Bagi anak-anak kelas dua sebaliknya pengesahan dan penerimaan sangatlah penting. Suatu contoh, jika guru memuji cerita Maria tentang keranya, siswa yang lain mungkin memilih cerita yang mirip tentang binatang dengan harapan guru akan memuji harapan mereka, sehingga pengakuan terhadap dirinya mulai terlihat di kelas dua.
Ketika anak-anak kelas dua menulis tentang kejadian, mereka ingin memasukan segalanya seperti pada karangan yang objektif pada suatu peristiwa. Setiap aspek peristiwa yang penting atau tidak hendaknya diberikan perhatian yang yang sama dan sedikit memberikan interpretasi.
Anak-anak pada usia ini sering membuat cerita “bed-to bed” yang naratif dalam kejadian-kejadian yang terjadi dari waktu mereka bangun tidur di pagi hari sampai tidur di malam hari (Calkins,1986). Bahkan jika maksud menulis itu untuk mendiskripsikan ulang tahun atau hari raya, terbuka untuk mendapatkan perhatian yang sama seperti menyiapkan makan pagi dan membersihkan kamar tidur.
Pada usia 11-12 tahun seorang anak telah memasuki tahap integrasi. Pada tahap itu anak-anak telah dapat mempertimbangkan seluruh aspek yang melingkupinya. Anak telah dapat mengaplikasikan konteks komunikatif dalam mengarang seperti bentuk, gaya, pembaca, dan tujan penulisan (Kroll dan Wells dalam Tan, 1991).
Secara lebih rinci dan sistematis Farris (1993:202) menunjukkan profil kemampuan siswa sekolah dasar dalam mengarang berdasarkan proses dan kegiatan menulisnya. Siswa kelas tinggi sekolah dasar pada proses menulisnya, yakni dalaam tahapan pramenulis sudah mampu (1) memfokuskan gagasannya pada satu topik tertentu, (2) berpikir abstrak dengan tidak lagi memerlukan hadirnya contoh konkret, dan (3) menganjukan pertanyaaan pada dirinya sendiri.
Pada tahap pengedrafan mereka telah mampu (1) menuangkan gagasannya dalam bentuk draf secara berbeda-beda sesuai dengan sudut pandak, bentuk, dan suasana, (2) menunjukkan kesadaran adanya pembaca, (3) mengawali cerita dari berbagai bagian, misalnya dari bagian tengah, (4) menunjukkn rasa simpati, (5) menumbuhkan kesadaran terhadap pemenuhan elemen tulisan yang baik, dan (6) menulis, membaca, serta menyunting tulisannya sendiri.
Pada tahap perbaikan siswa seokolah dasar kelas tinggi sudah mampu (1) melakukan peyuntingan terhadap tulisannya sendiri, (2) mengaplikasikan aspek mekanikal tulisan atau karangan, dan (3) mempertimbangkan calon pembacanya.
Perkembangan tulisan anak itu beranjak secara “spiral” sejalan dengan perkembangan mentalnya. Dari “nonrepresentasional” sampai pada “representasional”, dari “pramelek aksara” hingga “fasih beraksara”, dari “menggambar aksara” hingga melahirkan tulisan.
Tulisan adalah sosok akhir dari aktivitas seseorang berkiat menulis. Kiat menulis dapat dianalogikan dengan proses perpaduan antara kognitif, pengetahuan, keterampilan, strategi, dan bahasa.
Aktivitas merangkai paparan tentang sesuatu ke dalam suatu bentuk tulisan agar dapat dipahami oleh orang lain pada seorang anak berkembang “sejak anak” menguasai kemampuan menyimak dan berbicara. Kemampuan menerima simakan dan menuturulangkan hasil simakan merupakan bagian dari perkembagan kemampuan menulis atau sebagai titik spiral/perkembangan tulisan anak.
Kita sadari bahwa tulisan anak (merangkaikan paparan suatu ide untuk disampaikan pada orang lain) sudah dimulai sebelum mereka mampu menuliskannya (menggunakan aksara), berdasarkan hasil simakan yang kemudian direkonstruksikan dengan versinya sendiri. Dengan bentuk suatu pola yang paling disukainya, maka biasanya pemaparan dimulai dari apa yang paling menarik dari dirinya, orang lain (lawan tutur), topik, dan baru pada tujuannya.
Jadi, jika kita berniat hendak mengenali suatu tulisan anak. Baik itu”fungsi maupun bentuk” maka kita harus mampu mengenali:
(a) siapa diri anak: maksudnya pada umumnya anak pada tahap-tahap awal, mengembangakan kemampuan menulis, selalu ingin dekat bahkan tidak ingin dipisahkan dari apa yang sedang dikisahkan dalam tulisannya. (b) audiensi: anak pada tahap awal ini sangat tinggi tingkat ketergantungan pada orang dewasa yang ada di sekitarnya. Demikian tingkat kecemasan/rasa ingin tahu mereka dilakukan dengan mengenali siapa orang-orang yang berada paling dekat dengan anak. Hal itu akan sangat mempengaruhi tahap perkembangannya. (c) Topik: hal-hal yang sedang ”in” pada saat itu bagi anak-anak. (d) Tujuan: apakah dalam tulisannya itu anak hanya sekedar menyampaikan sesuatu, menguraikan sesuatu, atau mengekspresikan sesuatu.
1. mampu mengedit tulisan sendiri2. mampu mengoreksi dan menghubungkan tulisan dengan unsure mekanis, berbagai kaidah3. mampu menyadari keberadaan pembantu kaidahS D

Potensi Alergi Senyawa Turunan Kumarin

Potensi Alergi Senyawa Turunan Kumarin


Potensi Antialergi Senyawa Turunan Kumarin
Yance Anas, M.Sc., Apt.
Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim
Kumarin adalah senyawa alam yang dikelompokkan pada senyawa benzopiron, semua senyawa turunan kumarin memiliki cincin benzen yang bergabung dengan inti piron (Al-Bayati, et.al., 2010). Kumarin pertamakali diisolasi pada tahun 1820.Senyawa aktif golongan kumarin banyak terdapat pada tumbuhan tingkat tinggi, terutama pada suku Rutaceae dan Umbelliferae.Sebagian senyawa turunan kumarin dalam tumbuhan, ditemukan dalam bentuk terikat dengan gula sebagai senyawa glikosida (Lucy dan Kennedy, 2004).
Profil Farmakologi Senyawa Turunan Kumarin

Senyawa turunan kumarin telah diketahui memiliki berbagai macam aktifitas biologis, diantaranya adalah sebagai antikoagulan, senyawa estrogenik, memicu reaksi fotosensitif pada kulit, antimikroba, vasodilator, anthelmintik, analgetik,menurunkan suhu tubuh (Al-Bayati, et.al., 2010), antiinflamasi, relaksan otot polos dan antikolesterol
(Hoult dan Payá, 1996)
Senyawa turunan kumarin yang terdapat pada bahan alam, seperti esculetin, fraxetin, daphnetin dan senyawa turunan kumarin lainnya tidak hanya dikenal sebagai penghambat aktivitas enzim lipooksigenase dan siklooksigenase, akan tetapi juga mempunyai kemampuan dalam menghambat pelepasan senyawa anion superoksida dari neutrofil.  Senyawa 7-hidroksi kumarin juga telah dilaporkan mampu menghambat biosintesis prostaglandin yang melibatkan intermediet hidroperoksi asam lemak(Fylaktakidou, et.al., 2004).

Penelitian terdahulu melaporkan bahwa kumarin dan metabolitnya 7-hidroksi kumarin, menunjukkan aktifitas antitumor terhadap berbagai kutur sel kanker manusia secara in vitro, sehingga dapat dikembangkan sebagai senyawa antikanker.Pada beberapa sel kanker, berbagai senyawa turunan kumarin merupakan penghambat proliferasi sel yang cukup poten.Senyawa 7-hidroksi kumarin mampu menghambat pelepasan cyclin D1 yang banyak terekspresi pada berbagai jenis sel kanker.Senyawa 4-hidroksi kumarin dan 7-hidroksi kumarin juga telah diketahui memiliki kemampuan dalam menghambat proliferasi kultur sel kanker lambung secara in vitro (Lucy dan Kennedy, 2004).  Coumestrol merupakan senyawa turunan kumarin yangmemiliki  strukturmolekul yang mirip dengan hormon estrogen (disebut sebagai fitoestrogen).  Coumestrol menunjukkan potensi yang signifikan sebagai “antihormonal kanker” seperti kanker panyudara pada wanita dan kanker prostat pada pria (Huang, et.al., 2007).
Senyawa turunan kumarin kelompok dihidropiranokumarin (4′′-hidroksitigloilkursinol, 4′′-hidroksidekursin, (2′′S,3′′S)-epoksiangeloildekursinol dan (2′′R,3′′R)-epoksiangeloildekursinol) yang diisolasi dari akar Angelica gigas dilaporkan memiliki potensi sebagai agen neuroprotektif,  sehingga berpotensi untuk dikembangkan sebagai senyawa bahan alam yang dapat digunakan untuk mencegah penyakit neurogeneratif seperti parkinson, alzheimer, epilepsy dan stroke isekemik.  Perlakuan keempat senyawa turunan kumarin tersebut (dengan rentang konsentrasi  0,1 – 10 μM) menunjukkan efek perlindungan terhadap neurotoksisitas yang diinduksi L-glutamat pada kultur sel cortical tikus (Kang, et.al., 2005).
Potensi Senyawa turunan Kumarin sebagai Anti-Alergi
Berbagai penelitian terdahulu juga menyimpulkan bahwa senyawa turunan kumarin memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai antialergi.  Hasil uji klinik menyimpulkan pemberian senyawa turunan kumarin BM 15.100 (3,4-dimetil-7-[4-(p-klorobenzil)-piperazin - 1 - il] - propoksikumarin.dihidroklorida) dosis tunggal 20 mg mampu melindungi penyumbatan bronkus pada manusia,60 menit setelah paparan allergen (Gonsior, et.al., 1979).  Senyawa ini mampu menghambat pelepasan histamin yang diinduksi oleh antigen pada sel leukosit manusia.  Efek lain dari senyawa ini adalah kemampuannya dalam menghambat re-uptake histamin oleh sel leukosit manusia terisolasi.  Efek tersebut berlangsung dengan pola tergantung dosis (Assem dan Chong, 1976)..........
Artikel selengkapnya silahkan DOWNLOAD (PDF) ....


Daftar Pustaka
Al-Bayati, R.I., Al-Amiery, A. A.H. and Al-Majedy, Y.K., 2010, Design, Synthesis and Bioassay of Novel Coumarins, Afr. J. Pure Appl. Chem.4(6) : 74-86
Assem, E.S. and Chong, E.K., 1976, Profiles of Different Anti-allergy Effects of a New Histamine Antagonist, BM 15,100, Br. J. Pharmacol, 57(3) : 437-438
Fylaktakidou, K.C., Hadjipavlou-Litina, D.J., Litinas, K.E. and Nicolaides, D.N., 2004, Natural and Synthetic Coumarin Derivatives with Anti-inflammatory/ Antioxidant Activities, Curr. Pharm, 10(30) : 3813-3833

Hoult, J.R. and Payá, M., 1996, Pharmacological and Biochemical Actions of Simple Coumarins: Natural Products with Therapeutic Potential, Gen. Pharmacol, 27(4) : 713-722
Huang, C.M., Wang, H.C., Huang, W.H. and Lee, A.R., 2007, A New 6-Substituted Coumarin Derivative, Taiwan Pharm. J.59(3) : 153-155
Kang, S.Y., Lee, K.Y., Sung, S.H. and Kim, Y.C., 2005, Four New Neuroprotective Dihydropyranocoumarins from Angelica gigas,J. Nat. Prod. 68 : 56-59
Lucy, A., and Kennedy, R.O., 2004, Studies  on  Coumarins  and  Coumarin-Related  Compounds  to  Determine their Therapeutic Role in the Treatment of Cancer, Curr Pharml Des, 10(30) : 3797-3811
Ragazzi, E., Froldi, G. and Fassina, G., 1989, Effects of Esculetin (6,7-dihydroxycoumarin) on Guinea-pig Tracheal Chains in Vitro, Pharmacol. Res, 21(2) : 183-192
Ryu, S.Y., Kou, N.Y., Choi, H.S., Ryu, H., Kim, T.S. and Kim, K.M., 2001, Cnidicin, a Coumarin, from the Root of Angelica koreana, Inhibits the Degranulation of Mast Cell and the NO Generation in RAW 264.7 Cells, Planta Med, 67(2) : 172-174
Watanabe, J., Shinmoto, H. and Tsushida, T., 2005, Coumarin and Flavone Derivatives from Estragon and Thyme as Inhibitors of Chemical Mediator Release from RBL-2H3 Cells, Biosci. Biotechnol. Biochem, 69(1) : 1-6

Sabtu, 07 Juli 2012

Studi Ilmiah Mahasiswa


Panduan Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) 2011

pkm-buku-panduan
Pedoman Program Kreativitas Mahasiswa 2011, Panduan PKM-Penelitian (PKM-P), PKM-Penerapan Teknologi (PKM-T), PKM-Kewirausahaan (PKM-K), PKM-Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M),PKM-Karsa Cipta (PKM-KC),  PKM-Penulisan Ilmiah (PKM-AI) dan PKM-Gagasan Tulisan (PKM-GT) dapat diakses di :
dapat diakses di
TIPS Membuat PKM yang baik
cara menulis PKM yang bermutu dan baik.
1. Terlebih dahulu tentukan tema apa yang paling bagus untuk di angkat menjadi PKM.
Tema yang baik adalah tema yang berkaitan dengan permasalahan yang saat tersebut sedang booming (ramai dibicarakan). Dalam hal ini cobalah membuat suatu solusi terhadap permasalahan yang diangkat dalam tema tersebut. Tema yang bagus tapi sudah cukup “kadaluarsa” tidak begitu bisa membangkitkan rasa ketertarikan terhadap tim penguji/juri
2.  Susun judul yang akan dipakai sebagai “trade mark” PKM kita
Ini sebenarnya bisa dilakukan di akhir penyusunan proposal, akan tetapi akan lebih baik jika sudah ditentukan sejak awal. Karena dari judul ini kita akan memiliki rambu-rambu/marka yang akan mencegah kita untuk keluar dari topik yang dibahas. Untuk judul, hendaklah yang singkat dan jelas menggambarkan isi PKM. Judul yang terlalu panjang dan susah dihubungkan akan mengurangi minat pembaca.
3. Cari sumber pustaka yang terbaru. Usahakan pustaka dalam bentuk buku dan jurnal lokal, nasional, maupun internasional, terutama yang terbaru. Hal ini karena dunia ilmu mengalami perkembangan yang sangat cepat. Kita bisa saja menggunakan pustaka tahun yang sudah lama, akan tetapi kemungkinan beberapa parameter yang dipakai sudah mengalami banyak perubahan (update)
4. Produk yang akan diterbitkan adalah produk yang unik. Karena namanya saja PKM (program kreativitas mahasiswa), jadi sudah barang tentu krativitas sangat dituntut disini. Kita bisa saja memodifikasi produk yang sudah ada , misal penelitian orang lain pakai sampel A, tapi kita lakukan penelitian yang sama dengan sampel B, secara aturan hal ini sah-sah saja, akan tetapi dalam PKM sangat dibutuhkan munculnya produk yang benar-benar fresh/baru. Selain itu produk ini juga harus bisa memecahkan permasalahan yang ada, syukur-syukur jika kita bisa sambil menyelam minum air, satu produk bisa memecahkan dua permasalahan sekaligus. Misalnya, sepeda bertenaga solar sel berbentuk atap. Alat ini bisa meringankan perjalanan kita dari kelelahan mengayuh, dan kepanasan karena terik matahari. ( sumber : http://sutikno.blog.uns.ac.id/)
ABOUT  PKM GT

PKM GT atau Program Kreatifitas Mahasiswa merupakan ajang ilmiah tingkat nasional yang diselenggarakn oleh DIKTI dalam rangka peningkatan mutu mahasiswa dalam bidang ilmiah.
Pada PKM GT  ini halamannya dibatasi, maksimal 15 halaman termasuk daftar pustaka, sedangkan metode bab per bab tidak lagi digunakan dalam format PKM GT, meski tetap ada daftar pustaka namun PKM GT 2010 tidak terdapat bab tinjauan pustaka, tinjauan pustaka diselipkan disetiap pointnya.
Point inti pada penulisan PKM GT adalah:
1. Kondisi kekinian pencetus gagasan (diperoleh dari bahan bacaan, wawancara, observasi, imajinasi yang relevan)
2. Solusi yang pernah ditawarkan atau diterapkan sebelumnya untuk memperbaiki keadaan pencetus gagasan
3. Seberapa jauh kondisi kekinian pencetus gagasan dapat diperbaiki melalui gagasan yang diajukan
4. Pihak-pihak yang dipertimbangkan dapat membantu mengimplementasikan
gagasan dan uraian peran atau kontribusi masing-masingnya
5. Langkah-langkah strategis yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan
gagasan sehingga tujuan atau perbaikan yang diharapkan dapat tercapai